Tuesday, July 29, 2008
lagu lagi
masih tertinggal bayanganmu
yang telah membekas di relung hatiku
hujan tanpa henti seolah pertanda
cinta tak di sini lagi
kau tlah berpaling
biarkan aku menjaga perasaan ini, ohh
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi, aku takkan pergi
kau menjaga, aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu
masih adakah cahaya rindumu
yang dulu selalu cerminkan hatimu
aku takkan bisa menghapus dirimu
meski ku lihat kini
kau di seberang sana
andai akhirnya
kau tak juga kembaliaku tetap sendiri
menjaga hati
sejujurnya diriku masih mengharapkanmu
lagu-lagu nih..
Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
kau membuat diriku akan slalu memujimu
Disetiap langkahku
Kukan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu
Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna.. Sempurna..
Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku
ARTIKEL LEPAS
Pascapengkhianatan, maukah kita memaafkan? Artikel di tulis oleh Ester Lianawati Psi, Staf pengajar Fakultas Psikologi Ukrida di Suara Pembaruan, Kamis 5 Juli 2007. (tulisan ini sangat menarik oleh karenanya perlu dipost di blog)
Ketika memulai suatu hubungan, umumnya tidak seorangpun terpikir hubungan mereka akan berakhir tidak bahagia. Hal ini dikarenakan sebuah hubungan biasanya terjalin atas rasa saling percaya. Percaya bahwa masing-masing adalah pasangan yang tepat satu sama lain. Percaya bahwa keduanya dapat saling mencintai dan setia selamanya.
Namun kehidupan tidak selalu semulus yang kita inginkan. Cinta tidak senantiasa terus menyala dalam perjalanan suatu hubungan. Pada saat itulah kesetiaan akan menjadi senjata yang paling dibutuhkan untuk tetap menjaga eksistensi sebuah hubungan. Sayangnya meskipun hubungan cinta dan kesetiaan tidak selalu bersifat linear, namun kesetiaan cenderung goyah ketika api cinta itu meredup. Dan saat seseorang tidak lagi setia, bukan hanya hubungan itu sendiri yang ternoda. Lebih jauh dari itu, rasa percaya yang merupakan pondasi hubungan itu kini telah dikhianati.
Saat pengkhianatan terungkap, kita akan dihadapkan pada dua pilihan. Membangun kembali kepercayaan itu dengan melanjutkan hubungan atau memilih untuk mengakhiri hubungan.
Jika diajukan pilihan tersebut, kita cenderung memilih untuk mengakhiri hubungan itu. Bila kita dihadapkan langsung pada situasi tersebut, proses pengambilan keputusan untuk mengakhiri suatu hubungan tidak sesederhana yang diduga.
Cinta yang mungkin masih ada akan menjadi faktor pendorong utama bagi pasangan yang dikhianati untuk memilih melanjutkan hubungan . Selain itu, bagi sebagian orang, ada yang terpaksa melanjutkan hubungan karena berbagai aspek struktural. Misalnya mempertimbangkan nama baik, status, kondisi finansial, dan anak-anak. Namun apapun faktor yang yang mendasari, keputusan apapun yang dipilih, ada satu hal yang harus dilakukan saat kita dikhianati. Yakni kita harus belajar memaafkan untuk dapat melanjutkan kehidupan pascapengkhianatan dengan lebih baik.
Guncangan
Memaafkan sebuah pengkhianatan tentu bukan hal yang mudah. Pengkhianatan mungkin merupakan hal yang paling menyakitkan dalam sebuah hubungan. Seburuk apapun relasi dengan pasangan, mengetahui bahwa pasangan telah berkhianat tetap akan mengguncang perasaan seseorang. Rasa terguncang ini umumnya mendominasi di awal pengkhianatan itu terbongkar. Keterguncangan akan semakin terasa bila hubungan dengan pasangan sebelumnya baik-baik saja, atau setidaknya itulah yang dipersepsikan pihak yang dikhianati. Berbagai pertanyaan akan muncul seraya tidak mempercayai peristiwa pahit tersebut.
Pihak yang dikhianati cenderung tidak habis pikir bila selama ini ia merasa bahagia dengan hubungan mereka, bagaimana mungkin pasangannya justru mencari kepuasan dari orang lain. Rasa tidak percaya akan terus mendera, mempertanyakan bagaimana mungkin orang yang dikagumi dan disayangi dapat melakukan hal semacam itu terhadapnya. Apalagi bila selama ini pasangan tampil sebagai sosok yang baik, setia, dan bertanggungjawab. Rasa tidak percaya ini akan membuatnya terus menyangkal bahwa memang pengkhianatanitu telah terjadi.
Rasa terluka akan hadir kemudian seiring dengan mulai munculnya penerimaan bahwa pengkhianatan itu memang terjadi. Secara otomatis, pihak yang dikhianati akan merangkaikan jalinan peristiwa dalam benaknya. Ia mulai mereka-reka bahwa pada hari dan tanggal sekian saat pasangan mengatakan sibuk sebenarnya ia sedang pergi dengan orang lain. Saat pasangan mengaku dinas ke luar
Pengkhianatan juga menyerang harga diri (self-esteem) seseorang. Hal ini dikarenakan pengkhianatan mendorong orang melakukan perbandingan sosial (social comparison) dengan pihak ketiga. Pernbandingan sosial yang dilakukan pihak yang dikhianati cenderung bersifat ke atas (upward), yaitu merasa bahwa pihak ketiga jauh lebih baik dibandingkan dirinya. Pihak yang dikhianati cenderung merasa tidak semenarik ataupun sesukses pihak ketiga. Perbandingan semacam ini akan menjatuhkan harga diri seketika.
Perasaan terguncang, terluka, kecewa, dan rendah diri adalah emosi-emosi negative yang lebih ditujukan ke dalam diri (inward). Di samping emosi yang bersifat inward tersebut, pihak yang dikhianati juga akan merasakan outward emotion, yakni emosi yang ditujukan ke luar diri, terhadap pasangan yang mengkhianati. Emosi ini dapat berupa rasa marah, yang terutama muncul jika pengkhianatan itu diketahui dari orang lain dan awalnya pasangan tidak mengakuinya. Selain itu, yang juga sering muncul adalah kehilangan respek dan rasa jijik terutama bila pengkhianatan pasangan telah melibatkan aktivitas seksual. Rasa jijik ini9 menurut Frank Pittman, seorang terapis keluarga, juga cenderung muncul bila mengetahui bahwa pasangan gemar berselingkuh dengan banyak orang, atau yang disebut dengan philandering. Dan emosi negative yang paling membahayakan hubungan adalah hilangnya rasa kepercayaan kepada pasangan.
Memaafkan
Sedemikian menyakitkannya sebuah pengkhianatan, namun kita tetap perlu memaafkan pasangan yang telah berkhianat. Tentu kita tidak dapat membenarkan perbuatannya, namun kita dapat menerima kesalahannya. Sebagaimana yang ditulis W Somerset Maughham, dalam novelnya The Painted Veil yang bertutur tentang perselingkuhan, bahwa manusia tidak dapat diprediksikan, ia dapat berbuat salah dan mengecewakan orang lain. Selain itu, kita perlu menghargai pasangan yang mau meminta maaf. Karena meminta maaf bukanlah suatu hal yang mudah, sampai sebuah peribahasa menyatakan orang yang meminta maaf adalah seorang pahlawan.
Bahkan meskipun pasangan tidak meminta maaf dan lebih memilih bersama pihak ketiga, kita tetap perlu memaafkannya. Karena memaafkan yang sesungguhnya berarti berdamai dengan diri sendiri. Tindakan memaafkan pada dasarnya merupakan tindakan internal, bukan eksternal. Memaafkan lebih terkait dengan diri sendiri, bukan orang lain. Ketika memaafkan, maka kita sebagai si pemaaf juga akan ‘tersembuhkan’. Memaafkan dapat memberi kelegaan karena kita tidak lagi berfokus pada hal-hal negative. Berpikir negative membutuhkan energi psikologis yang besar, yang dapat membuat kita lelah mental dan sulit melakukan hal positif lainnya. Hanya dengan memaafkan, kita dapat melangkah ke depan dengan lebih baik, bahkan sekalipun tidak lagi melanjutkan hubungan dengan orang yang sama.
Namun dengan luka-luka pengkhianatan yang begitu perih, wajar jika kita meragukan kemampuan kita untuk dapat memaafkan. Apalagi jika kita memilih untuk tetap melanjutkan hubungan dengan orang yang jelas telah menyakiti kita. Karena melanjutkan kembali hubungan pascapengkhianatan tidak sekedar membutuhkan maaf, melainkan juga upaya membangun kembali kepercayaan terhadap pasangan. Dalam kondisi kita tetap bersamanya, memaafkan akan menjadi proses yang harus diupayakan bersama.
Pasangan yang berkhianat harus terlebih dahulu menerima bahwa pengkhianatan yang dilakukan adalah sepenuhnya kesalahannya. Dengan dimilikinya rasa tanggungjawab personal seperti ini akan membantunya untuk tidak lagi mengulangi kesalahanyang sama. Selama pihak yang berkhianat masih membuat excuse atas pengkhianatannya, proses memaafkan tidak dapat dimulai. Selain itu, pihak yang berkhianat juga harus menyadari bahwa hati pasangannya telah terluka. Akan ada saat-saat di mana pasangan teringat akan pengkhianatan tersebut, dan ingatan itu akan memunculkan kembali amarah dan emosi negative lainnya. Saat-saat seperti itulah, pihak yang berkhianat harus dapat dengan rendah hati menerimanya sebagai bagian dari proses penyembuhan.
Di sisi lain, pihak yang dikhianati harus benar-benar berkeinginan untuk memaafkan, berarti juga melupakan kesalahan pasangan. Kita harus menganggapnya sebagai manusia baru, yang bersih dari noda pengkhianatan. Memaafkan berate tidak lagi mengungkit kesalahan pasangan. Terus mengingatkan pasangan pada kesalahannya bukanlah suatu hal yang bijaksana, karena dapat membuatnya merasa tidak mampu memperbaiki dirinya. Kesalahan yang pernah dilakukan pasangan bukanlah suatu excuse agar kita dapat terus memakinya. Berhentilah menghukum pasangan dan memandangnya rendah sesakit apapun perasaan kita.
Dalam proses memaafkan ini, akan jauh lebih baik jika masing-masing pihak melakukan introspeksi diri. Kedua pasangan perlu belajar menemukan kebutuhan masing-masing pihak yang selama ini mungkin tidak terpenuhi. Terbuka satu sama lain, termasuk ketika mulai tertarik dengan orang lain juga merupakan upaya yang perlu dilakukan untuk menghindari kesalahan yang sama. Untuk dapat melakukannya, pasangan perlu menyadari bahwa rasa ketertarikan dengan orang lain akan sangat mungkin muncul mengingat pasanga kita bukanlah manusia sempurna yang memiliki segalanya. Namun rasa itu dapat dicegah untuk berkembang lebih jauh asalkan masing-masing pihak dapat bersikap dewasa untuk membicarakannya.
Memaafkan memang tidak mudah, namun juga tidak sesulit yang kita duga. Sebuah nasehat bijak dari
Monday, July 28, 2008
'TATAG'
Ada sebuah artikel yg ditulis oleh Bpk Sujiwo Tejo hari minggu lalu, mengulas tentang seorang penyanyi wanita terkenal era 80an sebut saja ibu Hetty K E yg sekarang sedang didera masalah karena suaminya yang anggota DPR terlibat korupsi dan sedang ditahan. Penulis mengatakan betapa 'tatag'nya ibu Hetty dan tetap punya komitmen untuk selalu setia dan tetap mendampingi suaminya (yang notabene seorang laki-laki) ketika laki-laki yg merupakan suaminya itu sedang lemah, jatuh atau luluh lantak diterpa persoalan. Karena seorang laki-laki yang sedang jatuh atau lemah memerlukan ke 'tatag' an juga kesetiaan seorang perempuan atau istri bukan malah meninggalkannya atau menuntut cerai.
Lalu bagaimana kalau seorang perempuan atau wanita atau istri yang sedang luluh lantak, lemah, terpuruk karena ditimpa berbagai persoalan hidup?..siapa yang seharusnya mendampingi atau bersikap 'tatag'?... 'memang' ada dalil atau imbal balik yang mengatakan bahwa pendampingnya atau suaminya yang laki2 itulah yang seharusnya tetap mendampinginya dengan setiadan 'tatag'. Begitukan seharusnya?..tapi dalam prakteknya banyak yang tidak seindah teori?....
Apalagi kalau hal2 seperti ini dikaitkan dengan kesetaraan atau emansipasi?.. pastinya ruwet banget...
Ditambah lagi kalau persoalannya menyangkut penghianatan terhadap komitmen perkawinan alias perselingkuhan ....
Betapa seorang wanita diharapkan untuk dapat 'tatag' dan dapat menerima kembali serta mema'afkan pasangannya atau suaminya yang terlibat perselingkuhan dan skandalnya dengan wanita lain yang bukan istrinya itu, juga foto2nya yg sedang beradegan mesra terpublikasi secara luas di media ...
Di sisi lain..apabila sebaliknya yang terjadi?.. siapa yang masih bisa atau harus 'tatag'?... kecil sekali presentasenya ... bukan untuk menyangkal.. ini realita. Hukum alam harusnya harmoni atau seimbang ..
Mudah2an saya sebagai seorang wanita, ibu dan juga istri juga selalu dan bisa punya rasa atau perasaan 'tatag' seperti galibnya hukum alam menghendakinya ...
bingung..
Bagaimana seharusnya kita bersikap?... Banyak 'ramuan' yang sudah diberikan tapi tetap kembali lagi seperti itu....
Sunday, July 27, 2008
SENANGNYA....
5 hari waktu di habiskan di Singapura.. jalan2 belanja..jalan2 belanja..jalan2 belanja...he..he..tapi banyaknya berupa buku2 (katanya sih..utk kepentingan bukafe...), tidak terasa sudah hampir 12 box besar...walah...namanya misi kulakan buku, di balik misi kerennya 'jalan2'...
Anak gadisku yg mahasiswa kedokteran semester 3 dan beruntung bisa ikut dalam tim 'jalan2' ikut2an borong buku...wah..rasanya dia menemukan harta karun..ya..maklum..dia harus bisa terima warisan menjadi menyuka buku, karena dari bayi dijejeli buku terus..ndak boleh minta apa2 kecuali buku..dan alhamdulillah memang bener2 jadi suka buku (mungkin terpaksa juga hi..hi..) karena belum punya pilihan lain.. Dan sekarang 'mungkin' sudah menemukan atau sadar bahwa ternyata..buku itu memang jendelanya dunia.. Dia berhasil 'merampok' sebagian besar uang bapaknya untuk membeli buku2 kedokteran yang harganya weleh2..muuaaahal..deeh.. ndak tanggung2 buku yg dibeli kira2 3 koper ukuran sedang, dan bukunya itu tebel2nya kayak bantal serta berat.. he..3x..BRAVO..ADE...all your daddy's money belongs to you ... But i never ever saw before that your daddy looks very happy at that times..i mean during the trip...hi..hi...
Rasanya 'the dream comes true..' ... sudah luuuaaaamaa sekali kami berkeinginan untuk bisa melakukan hal seperti ini. Karena semua 'staf' yg ada dalam manajemen bukafe menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkup keluarga kami.
Terimakasih bapak HS (sebutan yg selalu kita pakai untuk menyebut bos besar)...pengalaman ini pasti berharga buat semua...
kegaduhan lagi
Dia melaporkan bahwa ada kegaduhan di bukafe, yang menyangkut salah seorang anak 'asuhan' yg berasal dari komunitas jalanan.
Ada apa?... Jam 05.00 dini hari itu barulah didapat kronologi seluruh kejadian.
Seseorang diketahui telah 'masuk' wilayah teritorial bukafe pada jam 1 tengah malam dengan memanjat pagar. Setengah jam kemudian terlihat 'dia' membawa/menggotong sesuatu dari arah dapur menuju ke luar pagar. Kemudian 10 mnt kemudian hal yang sama diulanginya. Banyak saksi yg mengetahui kejadian itu tetapi tidak berbuat apa2 karena belum menaruh kecurigaan.
Sebab biasanya bukafe itu terbuka hampir 24 jam, apalagi kalau sedang ada pekerjaan yang menyangkut penyelesaian sebuah produk berupa buku, sehingga para saksi yang merupakan petugas keamanan ruko2 yg ada di sebelah kanan dan kiri bukafe tidak menaruh kecurigaan apa2.
Kali yang ke 3 terlihat kembali orang yang sama membawa/menggotong sesuatu dari dapur menuju ke arah luar pagar, serentak para satpam dan para penjaga malam lainnya berteriak dan mengejar 'dia'... semua berteriak maling..maling..maling... terjadilah kegaduhannya dan bertepatan ada mobil patroli polisi polsek mampang lewat...lalu diserahkanlah 2 orang yg tadi terlihat membawa 'mencuri' sesuatu dari dalam bukafe....
Setelah diusut..ternyata yang tadi tertangkap dan di 'hakimi' oleh para satpam itu adalah salah seorang 'anak' asuhan kami .... Dia bermaksud mengambil/mencuri 3 buah tabung gas yang ada di Bukafe.
Kami (saya dan suami) berpikir keras...langkah seperti apa yang sebaiknya harus diambil..
Hari itu juga suami meminta semua 'anak2' berkumpul untuk segera membicarakan langkah apa yang sebaiknya segera diambil... Disepakati oleh semuanya yang juga merupakan komunitas jalanan untuk memberi pelajaran buat yang telah melakukan kesalahan.. karena sudah ditangani oleh pihak kepolisian maka sesuai prosedur yang berlaku yang bersangkutan harus 'bersekolah' di tahanan polisi sesuai ketentuan yang ada.
Mudah-mudahan berbagai kegaduhan yang mewarnai kehidupan 'kami' dapat menjadi pelajaran berharga. Kata bijak: TAK ADA GADING YANG TAK RETAK ...
Saturday, July 26, 2008
kebahagiaan
Ada masa di mana manusia/seseorang merasakan suatu kebahagiaan ataupun kesusahan pun kesedihan. Begitulah kehidupan...kebahagiaan, kesedihan yang dirasakan oleh setiap manusia/orang pasti berbeda, juga dalam hal memaknai ataupun merasakannya serta mengekspresikannya.
Ketika beranjak dewasa, saya baru sadar bahwa hidup ini harus memilih, juga kebahagiaan itu harus diciptakan sendiri. Kita tidak bisa bergantung pada orang lain untuk menciptakan kebahagiaan itu, karena kita masing2 punya perasaan yang tidak akan sama.
Sebagai manusia, kita tentu punya ukuran2 dalam menikmati atau mencapai maupun memperoleh kebahagiaan tersebut. Jalan yang ditempuh tentu bukan dengan mengorbankan orang/manusia lain, tapi dengan usaha keras sesuai dengan petunjuk baku yang bisa kita pelajari di mana saja.
Kebahagiaan juga bisa diperoleh setiap saat, sesuai dengan ritme kehidupan manusia yang silih berganti, ada pagi, siang, sore, malam, tengah malam, serta menjelang pagi dan seterusnya.
Saya bersyukur dan selalu berucap syukur bahwa dalam misi kehidupan saya, saya terpilih menjadi orang dapat menikmati berbagai kebahagiaan. Kebahagiaan utama yang saya nikmati adalah: saya dan suami diberi kesempatan untuk memenuhi panggilan Allah SWT untuk melaksanakan rukun Islam yang ke 5. Dua kali kami berkesempatan untuk mengunjungi Tanah Haram.. Alhamdulillah hirobbilalamin...
Sampai saat ini, saya masih selalu terkenang bagaimana perasaan kami ketika bisa wukuf di Padang Arafah dan menyelesaikan semua rukun haji tanpa kendala yang berarti .. Subhanallah.. rasanya inilah puncak kebahagiaan kami sebagai manusia. Tidak ada kebahagiaan yang bisa menandingi masa2 itu, begitu indah, syahdu, tenang, romantis .. serta perasaan yang campur aduk ..
Ya..Allah..terimakasih saya dan suami telah diberi kesempatan serta kemudahan ini, dan dalam do'a saya selalu berucap bahwa kedatangan kami ini bukan yang terakhir, tapi berilah selalu kami waktu untuk selalu bisa mengulangi masa-masa itu dan bisa membawa serta seluruh keluarga, anak2, menantu, adik2 ataupun kakak2, keponakan serta rekan2 kerja dan kolega dekat kami supaya mereka juga dapat merasakan kebahagiaan seperti rasa atau perasaan yang pernah saya dan suami rasakan.
cerita lanjutan
Jadilah otoy pergi dengan membawa seluruh 'harta'nya plus linangan airmata.. kami semua tertegun..kenapa dengan otoy?.. apa ada yang telah menyinggung hatinya?... wah...
Lalu suami berinisiatif untuk mengumpulkan seluruh staf bukafe yang mayoritas juga dari komunitas yang sama, untuk mencari tahu..menyebabnya. Karena ternyata otoy itu memang pamit untuk selamanya alias tidak lagi mau bergabung kembali dengan kami...
Kami semua ingin mencari tahu penyebabnya tapi sampai saat ini belum ketemu...
berbagi cerita lanjutan 'kegaduhan'
Konsep-konsep yang kita anggap 'normal' itu bagi mereka tidak. Dari bergaul dengan merekalah saya menyadari bahwa ada masa yang 'hilang' dalam kehidupan mereka. Dan 'masa' itulah yang ingin saya kembalikan, itupun tidak mudah karena usia mereka sekarang sudah dewasa.
Kami membiarkan masing-masing individu untuk mencari kesibukan yang relatif baru bagi mereka sambil diamati setiap perkembangan kemajuan ato potensi yang ada pada masing-masing individu.
Membangkitkan 'mimpi' ato cita-cita bagi mereka ternyata juga tidak mudah. Karena sebelumnya mereka tidak pernah punya mimpi ato cita-cita yang tinggi ataupun muluk2. Dari bangun tidur yang terpikir pertama kali adalah: bagaimana dapat uang untuk makan hari ini, dan benar-benar hanya untuk hari ini. Sehingga berapapun yang didapat hari ini pastilah akan dihabiskan pada hari itu juga, untuk besok...besok aja dipikirkan. Tidak ada konsep menyimpan untuk besok atau yang ke arah itu...
Dan hal ini berpengaruh dengan persediaan makanan di rumah. Tadinya saya tidak begitu peduli, tapi lama-lama saya menjadi terganggu juga karena sebanyak apapun persediaan makanan di rumah kenapa selalu habis hanya dengan hitungan hari. Padahal waktu itu asumsi saya bisa untuk persediaan 2 minggu. Lalu dipakailah aturan alias trik, semua pakai dijatah tidak ada yang terkecuali..hasilnya aman-aman aja.
Dengan pelan-pelan membangkitkan 'mimpi' inilah banyak hal di luar perkiraan yang terlepas.. Ada kejadian yang sangat menarik terjadi. Salah satu anak, rio namanya, lepas kendali. Mencoba membangkitkan mimpinya tanpa menyadari realitas yang sebenarnya. Sehingga menjadi troublemaker di rumah.. Bisa dibayangkan bila sesaat dia 'bermimpi' atau membayangkan menjadi tokoh/orang yang bernama Batman, saat itu juga dia akan berlaku atau berlagak dan ingin dipanggil sebagai Batman dst..setiap saat akan terus berubah dan berubah .. Sampai suatu saat nyaris seperti orang yang kesurupan ...
Semua prihatin atas apa yang terjadi dengan dirinya ..sekaligus bingung apa yang harus dan tepat dilakukan untuk mengembalikan keadaannya seperti sediakala. Berbagai cara dan upaya dilakukan untuk menormalkan keadaannya.
berbagi cerita
Akhir tahun 2006 ada 16 anak yang tinggal bersama kami di rumah. Bisa dibayangkan bagaimana suasana rumah kami. Dari pagi bangun tidur sampai tengah malam mau tidur lagi. Dari kegaduhan persiapan menjelang makan sampai selesainya kegiatan tersebut. Ditambah dengan aneka kegiatan masing-masing anak yang sudah menjadikannya seperti habitat mereka sehari-hari. Karena sebelumnya, anak2 ini ada yang 'bekerja' sebagai timer (yg berteriak-teriak menaikkan penumpang untuk bis atau angkot di tempat mangkal), menjual kantong plastik di pasar, menjadi kuli juga di pasar, pengupas bawang, pengamen, membersihkan atau penyapu di KRL, penjaga playstation, kalau hujan jadi tukang ojek payung atau pembersih kaca mobil metromini, menjadi montir di bengkel sepeda motor sampai penjual togel (kadang2 he..he..) dllnya. Itulah keseharian mereka sebelum bergabung bersama kami dalam sebuah rumah, dan benar-benar rumah.
Kebiasaan 'normal' rumahtangga tidak pernah mereka lalui atau alami. Misalnya, bahwa rumah itu perlu dibersihkan alias disapu atau dipel, lalu kalau selesai makan, piring ataupun gelas harus dicuci dan dikembalikan pada tempatnya semula, baju yang mereka pakai harus dicuci, dan ada kewajiban mandi sehari minimal 1 kali plus gosok giginya... jadi bisa dibayangkan bagaimana saya harus memperkenalkan 'habitat' baru ini bagi mereka.
Hampir setiap hari saya selalu tidak lupa untuk menyapa mereka satu-satu hanya untuk menanyakan apakah kamu sudah mandi dan sudah gosok gigi? untuk anak-anak yang berumur 15 s/d 22 tahun... Dan ternyata ada juga yang mengeluh kalau dia rajin mandi, dia tidak bisa tidur .. Banyak hal yang kita anggap 'normal' itu menjadi tidak normal buat mereka, diperlukan waktu, kesabaran dan ketelatenan untuk memperkenalkan 'habitat' baru ini buat mereka.
Thursday, July 17, 2008
unek-unek
Lalu dengan kecanggihan berpikir serta tingginya beradaban manusia masa kini, semua hal seolah harus kembali diinterpretasikan oleh masing2 individu demi kepentingan individu itu sendiri dengan menafikkan telaah yang sudah dilakukan berabad-abad yang lalu. Semua terkait dengan atau untuk kepentingan diri sendiri.
Para ulama yang harusnya menjadi jembatan bagi umat tidak menjalankan peran itu dengan baik dan bijak. Semuanya terkait dengan kepentingan masing-masing. Dalam agama manapun, tidak akan ditemukan perbedaan gender atau jenis kelamin. Tuhan YME menciptakan manusia dengan jenis kelamin yang berbeda itu bukan tanpa pertimbangan, dan bukan untuk saling mendominasikan?.... Konon awal penciptaan Tuhan itukan Adam AS yang berjenis kelamin laki-laki, lalu untuk kelangsungan kehidupan dikemudian hari diciptakanlah kemudian Hawa yang diambil dari tulang rusuk Adam, bukan diambil dari tulang kepala yang berarti bisa bertindak sewenang-wenang atau menguasainya, juga tulang tangan ataupun kaki yang dengan sewenang-wenang bisa diinjak tapi dari tulang rusuk yang letaknya di tengah-tengah karena dia atau Hawa akan ditempatkan sejajar. Dan kalaupun boleh diinterpretasikan pasti juga untuk penyeimbang.
Secara kodrati, manusia laki-laki itu ..... buuuaanyak pokoknya, ndak perlu disebutkan satu-satu), yang salah satunya adalah lemah dalam hal pengendalian diri atau nafsu??, lalu manusia perempuan itu secara kodrati juga buuuuaaanyak, dan salah satunya merupakan makhluk penggoda, dan yang senengnya memang menyakiti antar jenisnya sendiri alias sesama perempuan.
Kalau ditelaah dengan logika bodoh2an bahwa laki-laki boleh menikah dengan 2,3 atau 4 wanita, dst, pastilah Tuhan akan menciptakan populasi laki-laki empat kali lebih sedikit daripada perempuan dan juga sebaliknya, perempuan tentunya populasinya akan empat kali atau lebih dari laki-laki.
Kalau menelaah tentang isi atau kandungan kitab suci..pastilah memerlukan pemikiran dan keahlian khusus..dan mungkin sayapun bukan atau tidak punya kapasitas untuk itu. Yang saya ingin kemukakan hanyalah hal-hal yang bisa ditangkap secara logis atau rasional. KENAPA ADA POLIGAMI???? .... ya karena PEREMPUAN ITU SENDIRI YANG MAU DIPOLIGAMI ....
Tidak perlu ada pembahasan atau telaah maupun dalih agama untuk mendukung hal ini. Semua tergantung dari diri kita sendiri sebagai perempuan. Diri kita sendirilah yang harus bisa dibuat cerdas untuk berpikir demi mengangkat derajat dan martabat diri kita sendiri. Menjadi istri ke 2, 3 dst itu bukan takdir, tapi itu nasib dan pilihan yang bisa kita tolak. Kunci surga itu bisa diperoleh bukan hanya dengan mengijinkan suami untuk menikah lagi, menikah lagi, menikah lagi, menikah lagi dan menikah lagi..lalu ini dianggap takdir?....
Anak gadisku pernah nyeletuk, barangkali dia prihatin sekali dengan generasinya yang ndak terarah seolah tidak punya jatidiri terutama perempuannya: sealim-alimnya bapak atau laki-laki tapi kalau ibunya yang notabene perempuan brengsek, insyaallah anak yang dilahirkannya akan brengsek. Tapi sebrengsek-brengseknya bapaknya kalau ibunya bener, insyaallah anak yang dilahirkannya akan bener....
Intinya berusahalah jadi perempuan dan kemudian ibu yang baik bagi generasi berikut, karena kelangsungan generasi itu terletak ditangan kaum perempuan dan tetap menjadi surga bagi mereka.
Wednesday, July 16, 2008
CERITA LEPAS
Saya berpikir, apa ya..yang bisa dilakukan untuk mereka? ternyata kesimpulannya tidak sederhana. Dari kecil mereka telah terkondisikan karna keadaan, banyak hal yang 'hilang' dari kehidupan mereka. Dengan kondisi seperti itulah mereka masing2 harus bisa bertahan untuk hidup, caranya adalah dengan bekerja. Dari bangun tidur, yang pertama mereka pikirkan adalah bagaimana caranya mendapatkan uang untuk makan hari ini. Hal ini berlangsung terus..
Lalu jadilah satu pola tanpa harus merubah habitat mereka. Mereka dianjurkan punya waktu untuk belajar. Dengan begitu, mereka tetap bisa dengan leluasa bekerja, di sela waktu luang baru mereka diajak atau dibimbing untuk belajar. Bekerjasama dengan para aktivis mahasiswa untuk menjadi pembimbing alias tutor..
Alhamdulillah, sebagian dari mereka bisa menyelesaikan ujian paket A, B bahkan C, dan ada juga yang kemudian bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Mereka juga diberi pelatihan ketrampilan.
Diharapkan, ketika mereka berusia 16 thn, mereka bisa hidup sendiri dengan memanfaatkan ketrampilan yang dimiliki.
Sejak tahun 2004, saya sudah jarang atau bahkan tidak pernah bertemu mereka. Tiba2 sekitar akhir tahun 2006 saya bertemu mereka kembali, ada 17 org waktu itu. Banyak yang sudah berubah...dari sejak saat itulah saya kembali secara intens bersama mereka. Sampai hari ini, tersisa 7 org yang tetap bersama sebagai bagian dari keluarga kami.
2 org tinggal di rumah bertugas mengurus semua keperluan rumahtangga, 5 lainnya membantu di toko buku bukafe.