Thursday, August 7, 2008

cerita2 tentang si 'sulung'


Anak sulung kami laki2, dari kecil sudah terlihat bahwa dia itu anaknya sangat perasa, alias ‘sensitif’, teliti alias ‘detail’, tekun juga ‘sangat’ PD dan keukeuh pada prinsip dan pendiriannya juga konsisten. Kecerdasannya luar biasa.. karma dari umur tujuh bulanan dia sudah terlihat seperti seorang peneliti.

Pengalaman dengan cermin
Ada cerita menarik, suatu hari waktu dia sedang merangkak kesana-kemari, dia menemukan benda berupa cermin, dia perhatiankan benda itu dengan sangat serius, ke mana dia pergi benda itu tetap ada ditangannya. Sebagai ibu yang ‘baik’ saya juga sangat serius mengamati perkembangannya dari detik ke detik, karna hal ini juga merupakan pengalaman pertama saya sebagai ibu sehingga saya mengamatinya juga dengan keseriusan. Suatu saat, diposisi duduknya dia memandangi cermin itu. Dia terus asyik berkaca dengan berbagai gaya, mungkin belum juga menemukan jawabannya, ini apa sih?.. sayapun tetap mengamati tingkahlakunya dengan seksama pula. Tiba2 dia membalik cermin itu sambil terus mengamati dan mengkerutkan alisnya. Mungkin dia berpikir..kok tidak terlihat apa2, kan tadi ada gambarnya (maksudnya bayangannya sendiri). Lalu cermin itu diangkatnya ke atas lalu dia mencoba untuk mengintipnya dari bawah dan meraba belakang cermin itu.. tentunya dia tidak akan menyentuh apa2 karena cerminkan cuma bayangan. Karena mungkin dia tidak menemukan jawabannya akhirnya dia lempar cermin itu jauh2.. (mungkin sambil berpikir, siapa sih tadi yang ada di cermin itu?...)

Obat nyamuk
Ketika umur 8 bulanan, sedang asyiknya dia merangkak di seputar rumah, tiba2 pandangannya tertuju pada sebuah benda menyala. Dan ternyata itu obat nyamuk. Suami langsung tanggap, lalu berpesan ke saya biarkan saja, jangan dilarang atau ditegur. Benar dugaan, si sulung begitu antusias dengan benda tersebut, dia menjulurkan tangannya untuk memegang ujung obat nyamuk itu, karena dan benda itu menyala dan berasap. Berkali-kali dia ragu2 ingin meraihnya, kami hanya memandangnya, membiarkan dia belajar sendiri. Tiba2 dia menjerit lirih .. sambil mengibaskan tangannya .. saya hampiri.. jari telunjuknya melepuh..
Dengan pengalaman itu, setiap kali dia melihat benda menyala merah dan berasap, mulutnya selalu komat-kamit seperti orang kepedesan..sambil ngedumel lirih ..wuih..wuih.. tanpa mau lagi menyentuhnya…


Sayur lodeh
Suamiku seneng banget dengan sayur lodeh versi Jawa, dan biasanya, bukan sayur lodeh baru alias yang baru saja dimasak. Tap. sayur lodeh yang sudah dipanaskan berkali-kali gitu. Temannya lodeh biasanya tempe goreng, ikan wader digoreng kering, atau bandeng presto buatan sendiri yang digoreng dengan telor atau juga empal daging digoreng kering dan tak lupa sambal terasi dan lalapannya.
Suatu hari, setelah selesai masak sayur lodeh satu panci sedang, saya letakkan lodeh itu beserta pancinya di atas meja makan. Lalu saya kembali ke dapur untuk membereskan semua perabotan yang dipakai memasak tadi.
Setelah semua urusan beres2 selesai, saya kembali ke ruang tengah, Ya Allah .. saya terkejut, karena melihat si sulung, waktu itu berumur 10 bulan sudah duduk dengan manis di atas meja makan sambil meng-obok2 sayur lodeh satu panci tadi... Lha..dari mana dia, kok bisa naik ke atas meja? .. usut punya usut, memang meja makan kami ukurannya tidak seperti ukuran meja makan biasanya. Karena rumahnya waktu itu 'kecil' dan mengontrak, maka dipesan meja makan dengan ukuran yang disesuaikan dengan ruang yang ada, dan si sulung rupanya naik melalui kursi yang ada di dekat meja makan trus naiklah dia dengan lancar ke meja makan itu. Dia baru berusia 10 bulan, tapi sudah bisa berjalan meskipun belum begitu lancar dan senangnya memang manjat2, kursi tamu, sofa, bahkan tempat tidur kalau bisa selalu dicoba untuk dipanjatnya, mungkin karena laki2 ya.. Saya mau marah rasanya, tapikan percuma, si sulung baru 10 bulan, apakah dia akan mengerti kalau apa yang dia perbuat itu salah?.. akhirnya, saya hanya bilang padanya, ... 'aduh, anak mama pinter banget ya'.. sambil menggendongnya turun, dan dia dengan raut muka bangga tersenyum manis. Sejak saat itu, semua kursi dijauhkan dari meja. Dan hari itu saya tidak jadi menghidangkan sayur lodeh kesenangan bapaknya.

Belajar berenang
Ketika dia berusia 1 thn, kami mulai sering mengajaknya berenang, suatu hari ketika kami sampai di kolam renang di daerah Rawamangun yaitu di kolam renang “Bujana Tirta’ dengan digandeng bapaknya dia sampai di pinggir kolam. Keadaan kolam renang waktu itu, karena hari Sabtu, penuh sesak… tanpa kami sadari tiba2 dia berlari ke arah kolam renang dan langsung menceburkan dirinya, padahal dia kan belum bisa berenang? Dan pada waktu itu dia tidak pakai ‘ban’ bantuan ataupun pelampung.. saking terkejutnya saya dan suami sampai tidak bisa berbuat apa2 … hanya bisa tercengang menyaksikan si sulung timbul tenggelam sambil tangannya berusaha bergaya seperti orang yang sedang berenang di tengah kolam renang. Kami berdua berada di antara perasaan was2 dan geli, akhirnya juga berusaha membiarkannya dulu supaya dia juga nantinya bisa belajar sendiri. Akibatnya, setelah bapaknya berhasil mengangkatnya dari kolam renang, si sulung menjadi takut alias trauma dengan kolam renang dan air..

Kata-kata lucu
Si sulung ini ‘agak’ terlambat dalam menyusun kata2 alias berbicara. Awalnya kami khawatir, tapi lama2 menganggapnya ‘biasa’ karena merasa tidak ada kejanggalan pada dirinya. Ada contoh beberapa kata2 lucunya.
· apak ana? (bapak mana?)
· apak gi? (bapak pergi?)
· oko apak ntung iyu? (rokok bapak bentul biru)
· ento o’ong?..( ditto bohong..)
· ento o’on (ditto blo’on)
· mama, kuki mor bo le ke?..arti ini saya ketemukan dengan tidak sengaja karma saya juga sempat bingung apa maksudnya? Ternyata maksudnya adalah: mama, Cookies more boleh, oke? ….


Belajar naik sepeda
Umur tujuh tahun, si sulung sangat antusias ingin punya sepeda. Saya sudah berusaha menjelaskan bahwa tidak mudah mengayuh sepeda itu. Dia tetap ngotot bahwa dia bisa mengayuh sepeda, hanya karena dia selalu melihat orang dengan enaknya mengayuh sepeda tanpa dia tahu bahwa untuk mengayuh sepeda itu, semua orang harus belajar dulu. Jadinya saya berjanji padanya, kalau nanti mama sudah lihat kamu bisa naik sepeda, baru mama mau belikan. Kebetulan kali itu, kami sedang pulang kampung ke Madiun, di sana ada sepupunya yg kebetulan seusia dan punya sepeda kecil. Alhasil, dengan antusias si sulung berusaha keras untuk bisa mengayuhnya. Begitu sepeda dipegang dia langsung mengayuhnya, sepeda melaju tanpa bisa dikendalikan lalu berakhir dengan menabrak pagar tembok.. si sulung babak belur..dia baru mengerti kalau mengayuh sepeda itu harus belajar dulu dan tidak mudah. Tetapi semangatnya tidak pernah padam sebelum dia benar2 bisa mengayuhnya dengan lancar. Hari berikutnya ternyata dia sudah bisa mengayuh dengan lancar. Jadi begitu kembali ke Jakarta, permintaan utamanya ya..sepeda itu..dan sesuai janji .. saya harus segera memenuhinya.

No comments: