Akhir thn 2006 tepatnya bulan November, kami (saya dan suami) akhirnya 'punya' tempat tinggal tetap di Surabaya. Rumahnya 'lumayan' besar dan luas, awalnya saya sempat bingung, bagaimana ngisinya ya? .. Bismillah .. boyonganlah kami bersama 'anak2' kami yang biasanya tinggal di jalanan. Sekarang kami punya tempat untuk singgah kalau ke Surabaya, juga 'anak2' yang biasanya berkeliaran di jalanan punya 'tempat singgah' juga. Semuanya menjadi bagian dari keluarga. Kami semua belajar untuk hidup 'bersama' dalam satu lingkup keluarga. Tentunya banyak hal yang terjadi kemudian meskipun sudah diantisipasi. Awalnya ada sekitar 20 org (anak) lalu kemudian menyusut menjadi 13, dan yang sekarang masih bersama (di Jakarta) ada, 2 org di rumah Depok, 3 org diperbantukan di Bukafe + 2 org lagi bergabung, jadi 5 org di bukafe, 2 org di daerah Cawang untuk membantu di kantor 'proyek', 2 org memutuskan untuk 'nyantri' di salah satu Pondok Pesantren di daerah Bojonegoro karena kiyainya termasuk teman baik alias kolega kami, dan 2 org suami istri yang memang harus sudah 'terpisah' dengan komunitas ini meskipun secara silaturahmi masih saling berkunjung.
Suami sebenarnya punya 'mimpi' atau keinginan untuk membuat atau punya sebuah pesantren, meskipun dia merasa bukan 'kiyai' dan tidak punya latar belakang pesantren. Konsep 'pesantren' yang dimimpikannya adalah: (sesuai dengan latar belakangnya) sebuah tempat atau semacam asrama atau bahkan kos2an atau 'pesantren' di mana 'santri2'nya bisa tinggal/kos/menetap dengan gratis alias seluruh keperluan makan, minum ataupun buku2 referensi juga fasilitas komputer kami siapkan, dan mereka itu juga bisa kuliah di mana saja, terserah jurusan minatnya. Di asrama/pesantren itu nanti semua 'santri' dibekali atau digembleng tidak hanya ilmu agama, tapi juga ilmu2 atau keahlian lain sebagai bekal mereka nanti bila terjun ke masyarakat.
Pada bulan Mei 2007, tanpa direncanakan, kami dihubungi oleh karib kami, seorang kiyai di Bojonegoro yang menceritakan bahwa ada 8 santri dari daerahnya diterima tanpa tes di berbagai perguruan tinggi di Surabaya, yaitu di IAIN Sunan Ampel dan di Universitas Negeri Surabaya, tapi tidak tahu harus bagaimana dan di mana nanti mereka tinggal. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, suami lalu menyetujui atau mengijinkan mereka semua untuk tinggal di rumah kami di Surabaya. Dia bilang, inikan 'mimpi' ku ...
Jadilah di rumah kami, bertambah lagi 8 orang dengan latar belakang pesantren. Kami mencoba untuk menyatukannya, tapi ternyata tidak mudah, karnanya semua anak2 yang 'asalnya' dari 'jalanan' dikirim kembali ke Jakarta sesuai dengan asal mereka, seperti cerita di atas, dan yang tetap menempati atau mengurus rumah di Surabaya sekarang adalah para santri yang sekarang sudah jadi mahasiswa itu.
Pertengahan tahun 2008 ini, untuk tahun ajaran baru, alhamdulillah telah bertambah 12 santri lagi, jadi jumlah keseluruhan 20 santri yang mahasiswa. Saya sangat bersyukur, tidak putusnya bersyukur pada Allah Ta'alla, semoga kami diberi tambahan keikhlasan, kekuatan, kesabaran, rejeki dan hidup kami ini bisa dan akan tetap berguna buat orang banyak, tidak hanya bagi keluarga kecil maupun besar kami.
Ya..Allah.. lancarkanlah rejeki kami, tuntunlah mereka yang sedang menuntut ilmu sehingga semuanya dapat berjalan seperti apa yang kami semua impikan. Semoga Allah SWT tetap melindungi kami semua, dan kami tetap selalu berjalan di jalan yang mendapatkan Ridlo dari MU
Kami (saya dan suami) berharap, sesedikit atau sekecil apapun perbuatan kami semasa hidup ini akan berguna bagi keluarga dan banyak orang. Amin 3X YRA
Monday, August 11, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment